Pakar UNAIR: Modal Psikologis ‘HERO’ sebagai Pondasi Menghadapi Ekonomi 2023

    Pakar UNAIR: Modal Psikologis ‘HERO’ sebagai Pondasi Menghadapi Ekonomi 2023
    Potret Prof Badri Munir Sukoco SE MBA PhD selaku narasumber (Foto: SS Youtube)

    SURABAYA – Suara Muslim Radio Network kembali bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) dalam talkshow Ranah Publik bertajuk “Optimisme Ekonomi 2023 bagi Kesejahteraan Umat” pada Jumat, (20/1/2023). Acara ini menghadirkan Prof Badri Munir Sukoco SE MBA PhD, yang merupakan direktur Sekolah Pascasarjana UNAIR sekaligus guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR.

    Seperti informasi yang telah beredar, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tahun ini diprediksi berada dalam ancaman besar perekonomian global dengan adanya inflasi, resesi, hingga krisis utang. Menanggapi itu, Prof Badri mengatakan bahwa kekuatan ekonomi suatu negara tergantung dari kontribusi domestik.

    Ia menyebut modal dasar bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam atau sumber daya manusia, tetapi juga modal psikologis yaitu HERO meliputi harapan (hope), kepercayaan (self-efficacy), ketahanan (resilience), dan optimisme (optimism). Modal yang dicetuskan oleh Luthans ini harus diterapkan dalam organisasi baik di level bawah sampai level negara.

    “Modal psikologis dasar perlu dimiliki oleh bangsa terkait dengan prediksi yang mungkin agak negatif atau terlalu positif dan seterusnya. HERO ini saya rasa sebagai buffer cukup kuat untuk membuat kita senantiasa bergerak ke arah yang lebih maju untuk mencapai ambisi kolektif menjadi negara maju 2045, ” tutur Prof Badri.

    Lanjutnya, indikator negara maju sendiri diukur dari produk domestik bruto sebagai sumber pendapatan nasional. Hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia yang masih banyak melakukan impor dari negara lain.

    Peran Negara dan Masyarakat

    Dosen departemen manajemen FEB UNAIR itu mendukung adanya perubahan struktur ekonomi berbasis pengetahuan dan jasa sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Di sisi lain, juga membangun kesadaran, minat, serta partisipasi masyarakat dalam seluruh kegiatan ekonomi.

    “Bisnis adalah aktivitas untuk making, buying, selling, or supplying goods or services. Nah, making-nya ini yang menurut saya menjadi PR (pekerjaan rumah, red) besar bagi kita karena sebagian besar kita itu terlena sebagai buying-selling saja atau supplying yang sebenarnya nilai tambahnya rendah seperti bahan mentah nikel dan tembaga, ” kata Prof Badri.

    Pada akhir, terdapat empat peran yang dapat dilakukan negara atau perusahaan dalam upaya menuju reindustrialisasi. Peran tersebut menurut Prof Badri mencakup peningkatan invensi, prototipe dan teknik produksi, inovasi bertahap (inkremental), serta perakitan.

    Penulis: Sela Septi Dwi Arista

    Editor: Nuri Hermawan

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    UINSA Sediakan 3.000 Kuota Prodi Agama Tahun...

    Artikel Berikutnya

    Lewat Gathering, ITS Ajak Diskusi Terbuka...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Taubat Ekologis: Upaya Bersama Menyelamatkan Hutan dan Mencegah Bencana di Sumatera Barat
    Produktivitas Pemuda Indonesia: Tantangan NEET dan Daya Saing Gen Z
    Implementasikan Loker Otomatis, Universitas Mercu Buana Laksanakan PKM di PKBM Wiyata Utama Kembangan Utara
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Sosialisasi Perizinan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

    Ikuti Kami